Ketegangan antara Iran dan komunitas internasional, khususnya terkait program nuklirnya, kembali memanas. Setelah serangkaian serangan udara yang disebut-sebut oleh Iran dilakukan oleh Israel dan Amerika Serikat pada Juni 2025, yang menargetkan fasilitas nuklir utama, Teheran secara resmi telah membatalkan kesepakatan inspeksi baru yang sebelumnya telah disetujui dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) PBB.
Pembatalan ini muncul di tengah laporan bahwa serangan bom tersebut telah menyebabkan kerusakan signifikan pada setidaknya tiga fasilitas pengayaan uranium Iran, termasuk di Natanz, Fordow, dan Isfahan, bahkan memaksa Iran untuk menghentikan sementara proses pengayaan uranium.
Penolakan Akses ke Lokasi yang Dibom
Pada bulan September 2025, Iran dan IAEA sempat menyepakati kerangka kerja sama baru, termasuk dimulainya kembali inspeksi setelah penghentian kerja sama pasca-serangan. Namun, kesepakatan itu kandas.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, telah menegaskan bahwa pengawas nuklir PBB tidak akan diberikan akses ke lokasi yang menjadi target serangan tanpa adanya kesepakatan konkret lebih lanjut. Teheran beralasan bahwa mereka tidak dapat menjamin keselamatan dan keamanan inspektur di lokasi yang baru saja diserang.
"Fasilitas-fasilitas yang diserang memiliki cerita tersendiri, dan sampai keputusan dibuat dan kesimpulan dicapai antara kami, IAEA, dan pihak lain, kerja sama tidak mungkin dilakukan," kata Araghchi.
Iran menuduh IAEA bersikap bias dan gagal mengutuk serangan tersebut, yang dinilai telah menggunakan informasi pengawasan untuk membenarkan serangan.
Dampak Ganda: Sanksi dan Pengeboman
Langkah Iran untuk membatalkan perjanjian dengan IAEA pada Oktober 2025 datang beberapa minggu setelah Inggris, Prancis, dan Jerman memicu pemberlakuan kembali sanksi PBB terhadap Teheran, sanksi yang seharusnya dicabut berdasarkan perjanjian nuklir tahun 2015 (JCPOA) yang kini sudah tidak berfungsi.
Pembatalan ini menciptakan situasi yang mengkhawatirkan:
Pengawasan Terhambat: IAEA tidak dapat memverifikasi status pasti stok uranium Iran atau kerusakan yang terjadi di lokasi yang dibom, yang sangat penting untuk memastikan sifat damai program nuklir Iran.
Kekhawatiran Pengayaan: Ada kekhawatiran internasional yang meningkat bahwa Iran dapat menggunakan situasi ini sebagai alasan untuk meningkatkan lagi pengayaan uraniumnya ke tingkat yang lebih tinggi, yang mendekati kadar senjata nuklir.
Resolusi IAEA dan Ancaman Balasan
Dewan Gubernur IAEA baru-baru ini mengeluarkan resolusi yang menuntut Iran agar segera memberikan informasi yang tepat tentang stok bahan nuklirnya dan mengizinkan akses ke lokasi yang dibom.
Menanggapi resolusi ini, Iran menyebutnya sebagai tindakan "anti-Iran" dan mengancam akan mengambil tindakan balasan yang tidak spesifik. Ancaman ini dapat mencakup langkah-langkah yang lebih drastis, seperti memperluas pengayaan uranium atau pembatasan yang lebih ketat terhadap inspeksi di lokasi yang tidak dibom sekalipun.
Situasi ini menyoroti risiko proliferasi global, di mana negara-negara dapat melihat transparansi sebagai risiko keamanan, terutama ketika fasilitas damai mereka menjadi target militer.

0 Comments